Bab 4 - Terimakasih Teh manis dan Nasi goreng :)

By geusan wira - 5:05 AM

BAB 4

Terimakasih Teh manis dan Nasi goreng :)

Hari itu adalah hari selasa, hari itu bisa dibilang sebagai hari pertama gue menjalani kehidupan di lingkungan kampus tercinta. Masih dengan semangat yang sangat membara, masih dengan niat untuk belajar yang tinggi, dan masih dengan pemikiran bahwa lulus kuliah itu akan sangat meneyenangkan, layaknya seorang bocah, yang baru saja masuk kedalam kelasnya di hari pertama.

Tapi hari itu yang gue pikirkan hanya satu, yaitu si mbak cantik. Gue berharap banget bisa ketemu sama dia. Hari itu gue udah tau jadwal gue jam berapa, dan hari itu juga gue udah tau letak kelas gue dimana. dan gue masih inget banget, gue harus masuk kelas sosiologi jam 7 di lantai 3 gedung 3. Seengaknya kalau pagi ini gue ketemu dengan si mbak cantik, gue udah gamalu maluin lagi lah!

Gue masuk kedalam kelas dengan semangat, yang dibakar oleh sebuah lagu dari DJ Snake yang berjudul Lean on. For your information aja, saat itu lagu lean on ini sangat popular dikalangan anak anak diskotik Kota Bandung.

Setelah itu, gue duduk dengan mata yang berbinar, walaupun sebenarnya gue udah tau bahwa gue salah jurusan, tapi setidaknya gue punya bayangan yang menyenangkan tentang kehidupan belajar mengajar dikampus, yang “KATANYA” berbeda 180 derajat dari kehidupan belajar mengajar di SMA. Ya selain itu gue seneng juga sih di kampus gara gara ada Si Mbak Cantik hehe…

Tapi selain itu juga, karena  ruangan kelas di kampus ini itu full AC cuy! dan dingin nya udah kaya naik Bus Primajasa.

Sempat terlontar pemikiran dari dalam diri gue bahwa

”Wah, aku akan sangat betah, belajar 1 harian penuh disini, aku akan sangat semangat, dan aku yakin aku bisa menjadi anak yang sangat pintar!”

pola pikir gue tersebut, datang karena ruangan belajar di SMA gue sebelumnya itu tidak memakai AC, dan terletak tepat di sebelah Neraka Jahanam. Hal itu menyebabkan ketika posisi matahari sedang panas panasnya dan tepat ada diatas genteng sekolah, keringat akan muncul dari pori pori kulit, yang menyebabkan, bau tidak sedap didalam kelas, dan rasa gerah itu menimbulkan perilaku perliaku menyimpang dari murid murid, sehingga emosi guru dapat tiba tiba saja meletup, sehingga penghapus dapat melayang di pipi bahkan di bibir para murid murid yang prilaku nya menjadi liar akibat panas nya ruangan yang tidak ber-AC.

Setidaknya,didalam bayangan gue, ketika kini gue harus mengenyam Pendidikan di salah satu kampus di dataran tinggi bandung, dengan kelas yang ber-AC pula, gue sudah pasti bisa merasakan Sensasi belajar ala  siswa SDN 03 Antartika.

Namun hal itu hanya sebuah delusi, karena benar kata pepatah yang mengatakan bahwa pandangan pertama itu selalu indah, namun indah itu tidak untuk selamanya. Walaupun hari pertama kuliah gue itu diawali dengan fikiran yang sangat jernih, dan juga perspektif gue akan dunia kuliah yang akan sangat menyenangkan, namun pada akhirnya gue menemui banyak rintangan saat gue kuliah, dan percayalah itu tidak sesuai dengan apa yang gue bayangkan pada hari pertama gue kuliah ini.

Okey balik lagi ke topik! Akhirnya hari itu, Dosen sosiologi di hari pertama gue kuliah ini datang. Dia keren banget men! dia ngajar pake laser! Gue gak tau laser apa itu, yang jelas bukan laser sunat. Tapi yang jelas ini berbeda 180% dengan guru gue di SMA, yang kalau nunjuk papan tulis masih pake penggaris, yang ukurannya sebelas duabelas lah sama Garaga.

Hari itu gue masih inget banget, materi yang dia jelasin itu tentang Lingkungan Sosial pasca perang dunia, dan juga dampak social pada saat perang maupun setelahnya. Gue sangat sangat terkesan dengan pengalaman pertama gue kuliah ini. SMA mah paling awal pelejaran kita ngisi LKS terus baca LKS, terus ngisi lagi LKS, terus abis itu ngisi LKS lagi terus baca LKS lagi, dan siklus itu diulang sampai akhirnya loe bosen sendiri… pokoknya gaada keren kerennya lah!

Gue merasakan satu perasaan yang berbeda, dihari pertama gue belajar di bangku perkuliahan sebagai mahasiswa. Gue ngerasa bahwa dosen dosen itu bisa memberikan contoh yang nyata dari suatu teori yang sedang dibahas. Jujur aja, dari materi materi di SD SMP SMA itu gue gangerti pengaplikasiannya buat apa? Gue ngebayangin kerajaan kutai aja gangerti kayak gimana, gue gabisa bayangin Gagah nya ken arok maupun cantiknya Ken dedes itu kayak gimana, dan gue juga gabisa bayangin Mpu Gandring waktu itu, ngebuat Kriss sakti gimana? Apakah Mpu Gandring bekerja di cikarang sebagai buruh Pabrik pembuat senjata tajam? Atau gimana gue gangerti ASLI! Padahal pelajaran sejarah tentang kerajaan kutai itu udah diulang ulang dari gue SD. Mungkin karena pas gue SD, SMP, SMA, gue Cuma fokus tentang gimana cara nyelesain kuis kuis tai anjing di Buku LKS yang kagak ada waranya itu! Loe byangin tuh LKS wanrnanya cuma abu abu sama item aja gitu, berikut dengan contoh gambar gambar yang hanya bisa loe liat dengan mata batin. Cuma ya guru guru di SMA juga sudah berusaha.

menurut gue ini kesalahan pemerintah sih!

Okey balik lagi ke hari itu.

Disisi lain gue cukup terpukau sama cara belajar dan mengajar di kampus gue ini, gue yakin banget bisa lebih cerdas, setidaknya gue yakin banget 10 tahun dari hari itu, gue tidak akan menjadi pecandu lem aibon. Seengaknya gue gak mau lah kalau nanti gue mabok, gue pergi nya ke tukang fotokopi, GAK ADA KEREN KEREN NYA!

Tapi setidaknya, hari itu cewe cantik yang senyumannya lebih indah dari curug cimahi itu, ngajak gue makan lagi, setelah gue dan dia bertemu di Taman kampus. Gue yakin sih gue gak seganteng Prabowo Subianto pas muda, Cuma gue bingung, kenapa dia mau mauan aja ngajak Tupperware Roti Bakar buat makan siang bareng?. Tapi gapapa deh, hari itu Kepercayaan diri gua meningkat 2000% sampe sampe kalau lagi jalan dan liat orang yang mukanya menurut gue jelek, langsung gue ludahin di tempat, iya DITEMPAT MEN! POKOKNYA GUE GANTENG BANGET LAH!

Akhirnya tanpa Panjang lebar, gue meng iyakan ajakan dia untuk makan siang bareng, kita makan di tempat yang menurut gue harganya udah gamasuk akal untuk makan siang, yakni 25.000 hanya untuk nasi goreng dengan telur dan untuk Es Teh manis nya dihargai 5.000 total total 30.000 lah. ketika gue melihat harga menunya, dompet gue hanya bisa meronta ronta, tangan gue gemetar dan gue berbisik pada dompet gue

“Sudah, keluarkan saja uang itu! aku janji kita bisa melalui semua ini, dompet!! Aku Janji! PEGANG PERKATAAN KU DOMPET! PEGANG PERKATAAN KU!”

Setelah perdebatan batin gue dengan sebuah dompet kulit selesai, saat nya memesan dan memberikan uang tunai sebesar Rp. 30.000 itu kepada mbak mbak penjaga stand nasi goreng, walau dengan tangan yang gemetar, dan jiwa kemiskinan mulai meronta, gue harus tegar dengan kondisi saat itu. Akhirnya tangan ini harus merelakan uang sebesar Rp.30.000 untuk ditukarkan dengan menu makan siang berupa nasi goreng dan es teh manis.

SIALAN! Tapi hal ini semata mata karena gengsi gue mengatakan bahwa gue harus terlihat No Problem, didepan Si Mbak Cantik.  

Setelah gue memesan dan kembali ke tempat duduk, gue langsung membuka obrolan, dengan mengatakan,

“Kuliah seru juga ya!” Kata gue sambil, mengeluarkan sebatang rokok.

“Hmm.. ini baru awal kali, kayanya gaakan seseru itu deh!” tanggap dia.

“Iya juga kaliya…” balas gue dengan sedikit kecewa dengan tanggapannya, yang terkesan tidak  mendukung hipotesa gue.

Setelah itu pesanan makanan kita datang, tepat di hadapan mata, gue hanya melihat telur yang di ceplok beranatakan, dengan nasi goreng yang tidak dihias, sedemikian rupa. sehingga, di atas piring hanya ada sebuah nasi goreng dengan telur, yang terlihat sangat berantakan, dan dihargai sebesar tiga puluh ribu rupiah, dengan Es The manis, yang tidak ada manis manisnya. Namun kekesalan gue itu, tidak sebanding dengan kebahagiaan gue di siang itu. Gue langusng menggerutu pada si Mbak Cantik yang bernama Saras ini.

“Ternyata bukan hidup aku aja yang berantakan, Piring Nasi goreng juga bisa ya? gerutu gue pada si mbak cantic.

“Hahaha, kayanya Nasi Goreng ini berasal dari keluarga Broken Home…” Canda dia.

“Hahaha, emang Broken Home bikin berantakan?” Tanya gue, yang berniat bercanda

“Iya, contohnya aku….” Dia berkata dengan serius.

Gue langsung meneguk es the manis, yang gak ada manis manisnya. Gue tidak berekspektasi bahwa, kondisi jadi serius seperti ini.

Tapi Seperti es the manis yang gue teguk, gue jadi sadar bahwa kehidupan tidak selalu manis seperti kelihatannya.

“Papa ku, pergi gatau kemana di usia aku 12 tahun. Ya Timing aja sih ya, dia perginya pas aku lagi banyak masalah di SMP, dan secara mental aku belum kuat aja. Jadi ya, perbuatan dia itu, buat aku jadi anak yang berantkan, terutama pas SMA. Coba kalau sekarang dia perginya, kaya nya aku no problem, soalnya aku udah kuat aja secara mental, soalnya udah dewasa.” Jawab dia, sembari mencoba mengingat hal yang tidak ingin dia ingat. 

Gue Cuma bisa diem gugup, karena gue sadar bukanlah ranah gue untuk tau sedalam itu tentang dia. Gue pengen bilang “DASAR LELAKI BIADAB!” tapi gue sadar itu lebay banget, dan yang gue katain biadab itu juga bokapnya. Jadi gue mengurungkan niat gue untuk berkata demikian.

“Makanya gue kesel banget sama laki laki Brengsek! Dan keliatan soasik depan gue. Karena gue yakin, lelaki soasik itu BRENGSEK!” Jawab dia dengan nada sedikit kesal.

“Bokap lo soasik?” Tanya gue dengan bodoh.

“Ya enggak lah… Ngg.. Nggak tau sih. Tapi masa Bokap sama anaknya sendiri malah soasik!” Jawab dia sambil tersenyum, dan memukul Pundak gue.

Gue bersyukur pada tuhan, gue kira pertanyaan bodoh gue tadi akan membuat Si Mbak Cantik ini mengguyur gue dengan Jus Strawberry yang baru dia pesan.

“Tapi seengaknya gue asik lah ya?” Tanya gue, dengan nada sedikit merayu.

“Enggak loe tuh so asik! Hahaha” Jawab dia sambil tertawa.

“Yah, gue fix Brengsek sih kalau gitu…” Jawab gue, dengan wajah memelas

“Kasih gue 3 hari, gue bisa nentuin loe brengsek atau enggak” Jawab dia, sambil menunjuk gue

“Mau gue kasih loe waktu 4 taun juga, loe gak mungkin bisa bilang gue Brengsek! Gue itu Softguy kaya Paank Vokalis Wali!” Jawab gue dengan nada bercanda.

“Apaan si, pake bawa bawa Vokalis Wali segala.” Si Mbak Cantik ini tertawa.

Lalu dia kembali melanjutkan kalimatnya,

“Buuttt… Lupain gue curhat tentang bokap, karena gue punya prinsip yang berkata ‘Tataplah apa yang ada didepan, yang lalu biarlah berlalu sambil difikir sambil lalu.’!

Dan hari yang indah itu, di warnai dengan perbincangan gue dengan dia, tentang perkuliahan, gue yang berkata bahwa kuliah itu, bakal seru banget. Sedangkan dia berada pada posisi yang mengatakan bahwa kuliah itu bakal ga seru, atau boring. Kadang kadang, ngobrol sama dia bikin gue suka sama yang Namanya perbedaan. Perbedaan itu menurut gue ngebuat semua hal di hidup loe berkembang. Coba kalau dia affirmative sama semua omongan gue, mungkin hari itu bakal kerasa boring banget. Akhirnya obrolan kita diakhiri pada pukul 4, kita berbicara selama 4 jam lamanya. Kini Gue merasa bahwa harga dari nasi goreng itu sebanding, bahkan lebih murah dari pada yang gue pikirkan. Semua hal itu relative, semua tempat itu ternyata sama saja, asalkan seluruh aspek dalam diri kita, meng-iyakan bahwa pengalaman kita di tempat itu terasa sangat sempurna. Hal ini, tergantung pengalaman yang diciptakan oleh sebuah suasana yang membangun sebuah persepsi akan sebuah perasaan. Dan hari itu gue merasakan kebahagiaan. Terimakasih nasi goreng dan teh manis yang berharga tigapuluh ribu rupiah. 😊

 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments